Bangunan Rusak 30 Tahun di Bangkok Ini Tetap Utuh Setelah Guncangan Kuat Gempa Besar

Posted on





,


Jakarta


– Menara Unik Sathron, sebuah struktur berlantaikan 49 tingkat telah ditinggalkan dan tidak terawat selama lebih dari tiga dasawarsa.

Bangkok

Menjadi topik pembicaraan di media sosial, bangunan itu masih bertahan dengan kokoh meski telah terkena gempa hebat berkekuatan 7,7 Skala Richter di Myanmar yang menggoyahkan Asia Tenggara pada tanggal 28 Maret 2025.

Gempa bumi yang menimpa Myanmar pada tanggal 28 Maret merupakan guncangan paling kuat dalam satu abad terakhir, bahkan getarnya dapat dirasakan sampai ke Bangkok, sejauh 1.000 kilometer jaraknya dari titik pusat gempa. Dampak bencana ini sangat merugikan; sebuah gedung pencakar langit yang masih dalam proses pembangunan roboh serta ambruk sepenuhnya, sementara itu berbagai struktur lain juga ikut goyang hebat di seluruh penjuru kota.

Akan tetapi, suatu peristiwa luar biasa menimpa Menara Unik Sathorn di Distrik Sathon, Bangkok, yang telah ditinggalkan dalam kondisi morat-marit selama lebih dari tiga dekade masih kokoh berdiri menghadapan kompleks bangunan lainnya yang sudah roboh. Akibatnya, banyak individu merasa kaget dan pusing. Di platform-media sosial, sejumlah konsumen menyebarkan foto-foto struktur tersebut sambil mencoba memahami bagaimana gedung kosong itu dapat bertahan melewati musibaha.

gempa

yang dahsyat.

“Pengguna Reddit menulis bahwa dia telah menghabiskan beberapa pekan terakhir di Bangkok bersama kekasihnya, dan mereka berdua begitu terpesona ketika pertama kali menyaksikan tempat itu. Mereka merasa sangat penasaran dan membutuhkan informasi yang lebih mendalam,” demikian isi kiriman tersebut.

Di dalam pembicaraan tersebut, pada platform Reddit lainnya pula, seseorang merespons mengenai gedung Sathorn Unique. “Saya jadi penasaran soal struktur itu. Mungkin sudah saatnya mereka melakukan renovasi besar dan mencoba menjualnya. Tapi kenapa tak ada tindakan apa-apa?” ujar salah satu user.

Daya Tarik Menara Unik Sathorn

Di era 1990-an, Sathorn Unique di desain untuk berfungsi sebagai pusat hunian dan bisnis eksklusif yang menghadirkan panorama Sungai Chao Phraya yang memesona. Struktur itu awalnya dimaksudkan sebagai bangunan pencakar langit tingginya mencapai 49 lantai, sekaligus diproyeksikan sebagai proyek pembangunan inti dari kotanya.

Akan tetapi, ketika proses konstruksi telah mencapai separuh jalannya, krisis finansial Asia tahun 1997 merusak perekonomian.

Thailand

Dan membatalkan berbagai proyek properti, termasuk Sathorn Tower yang tertinggal karena kurangnya dana. Sejak proyek itu tak lanjut lagi, bangunan tersebut menjadi tidak terselesaikan dengan kerangka baja yang mengerikan, sehingga Sathorn Unique mendapat julukan “Menara Hantu”.

Kehadiran seram ini mengundang minat para pelancong berani yang penasaran serta suka tantangan, ataupun mereka yang gemar menjelajahi kota dan ingin sedikit memandangi salah satu struktur paling aneh di Bangkok. Berkat kepopulerannya tersebut, banyak orang bersedia membayar mahal demi mencicipi pengalaman mencekam dari tempat ini.

Seorang wisatawan menceritakan pengalaman kunjungan mereka di situs Travelfreak. Mereka memberikan 200 baht, setara dengan Rp96.158, sebagai bayaran kepada petugas keamanan agar bisa masuk dan menjelajahi lokasi tersebut selama 15 menit saja. Selanjutnya, seorang blogger perjalanan bernama Jack Morris yang terkenal dengan akun Instagram berpengikut lebih dari 2,4 juta orang menyebut telah mengunjungi bagian atap bangunan tersebut pada tahun 2015.

“Setiap kali mengunjungi Bangkok, saya tak dapat menahan diri untuk tidak mendaki gedung tinggi 49 lantai yang sudah ditinggalkan itu. Bagiku, lokasi tersebut memiliki panorama kotanya yang paling indah. Saya merasakan kebebasan tertentu disini, sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan pandangan dari bar-bar bertingkat lainnya. Warga lokal memberikan julukan ‘Menara Hantu’ pada bangunan ini sebab ada juga yang meyakini bahwa tempat ini dipenuhi hantu,” ujarnya dilansir dari VN Express, Jumat, 4 April 2025.


NIA NUR FADILLAH