Kepiting Raksasa Ujung Kulon yang Tak Tertandingi — oleh Hanna Rambe

Posted on

Pengalaman Unik Seorang Petugas PPA di Ujung Kulon

Widodo, seorang petugas Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA) di Ujung Kulon, tidak pernah menyangka bahwa ia akan bertemu dengan banyak tokoh penting. Dalam beberapa tahun terakhir, ia menjalani tugasnya sebagai pimpinan seksi Ujungkulon, yang pada akhirnya membuatnya menjadi tuan rumah bagi para tamu internasional.

Tamu-Tamu Khusus di Ujung Kulon

Pada suatu hari di tahun 1968, saat musim kering, Widodo menerima kabar tentang kedatangan kapal yang membawa turis asing. Mereka hanya turun untuk melihat binatang dan bermain di pantai, lalu kembali ke kapal. Saat itu, Prof. Rudolf Schenker, seorang peneliti badak bercula satu, sedang berkunjung dari Swiss. Dari sekian banyak tamu, ada seorang pria kulit putih yang sangat tinggi. Ia tampak sangat tertarik dengan cagar alam Ujungkulon.

Menurut Widodo, tamu ini tidak membawa barang apa pun selain sprei, handuk, dan pakaian renang. Ia tidur di bivak yang belum memiliki atap tanpa mengeluh. Tak disangka, orang tersebut adalah Charles Lindbergh, tokoh penting yang pernah terkenal karena terbang solo menyeberangi Atlantik. Ia juga dikenal sebagai anggota International Union for Conservation of Nature Resources.

Perjalanan di Hutan dan Kebersihan Pantai

Selama seminggu, Lindbergh ikut serta dalam perjalanan di hutan tanpa persiapan. Ia minum air dari mata air dan menolak air matang. “Kuman tidak akan merusak manusia,” katanya. Ia juga giat membuat jalan setapak ke pedalaman, yang masih dipelihara hingga kini.

Setelah pantai bersih, Lindbergh meminjam alat gorgle milik Schenker untuk menikmati taman laut. Ia sangat senang meskipun taman itu belum terlalu indah.

Pangeran yang Gemar Berdandan

Tamu berikutnya adalah Pangeran Bernhardt, suami Ratu Belanda. Kunjungannya resmi dan ia sangat berhati terbuka. Meski suka berdandan rapi, ia juga menyenangkan. Hadiah yang diberikannya, speedboat “BANTENG”, tidak dapat digunakan secara efektif di laut Indonesia.

Ellisofohn, Juru Potret Majalah LIFE

Pada tahun 1967, Widodo mengantar Ellisofohn, juru potret majalah LIFE. Ia membawa perlengkapan potret yang sangat banyak, termasuk kamera dan film. Meski sulit mencari jejak badak bercula satu, ia tetap menunggu selama tiga bulan. Akhirnya, ia pulang tanpa foto. Namun, ketika mereka naik perahu, badak menyeruduk perahu dan menghancurkan alat potret. Meski demikian, Ellisofohn tetap tersenyum dan menghibur diri.

Raja Belgia dan Permintaan Kepiting Besar

Pada tahun 1972, datanglah rombongan yang dianggap sebagai turis. Ternyata, salah satunya adalah Raja Belgia, Leopold. Ia sangat ramah dan suka jalan kaki ke hutan. Permintaannya yang satu-satunya, makan kepiting besar, tidak dapat dipenuhi karena tidak ada kepiting yang muncul. Ini mengecewakan Leopold.

Janji dari Raja Belgia

Leopold menjanjikan akan mengirimkan teropong untuk Widodo. Beberapa bulan kemudian, janji itu dipenuhi. Bahkan pisau dari ahli etnologi juga dikirim.

Presiden Soeharto dan Gempa Bumi

Pada tahun 1972, Presiden Suharto datang ke Ujungkulon tanpa pemberitahuan. Saat ia duduk di pondok, terjadi gempa bumi. Ia mengambil jam dari saku, melihat waktu, lalu mengembalikannya. Ia juga membagikan obat-obatan dan sarung untuk petugas.

Pangeran Philip yang Kaku

Sebaliknya, kunjungan Pangeran Philip, suami Ratu Inggris, berlangsung kaku. Ia tidak suka fotografi tidak resmi dan meninggalkan tempat setelah berenang dan makan.

Kesimpulan

Pengalaman Widodo dengan berbagai tokoh penting menunjukkan betapa uniknya dunia cagar alam. Setiap tamu memiliki cara sendiri dalam menghadapi lingkungan alam yang asli dan tak terduga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *